<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar/677191516255362616?origin\x3dhttp://infogaya-film.blogspot.com', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Selasa, 12 Juni 2012

Di Timur Matahari, sebuh film oleh Ari Sihasale

Epicentrum Kuningan Jakarta, 11 Juni 2012 - Di liburan sekoah tahun ini Alenia Pictrures kembali menghadirkan sebuah film untuk keluarga Indonesia. Film ke enam setelah Denias (2006), Liburan Seruuu...!!! (2008), King (2009), Tanah Air Beta (2010), Serdadu Kumbang (2011).

Jarang hadirnya guru di sekolah-sekolah di pedalaman wilayah Pegunungan Tengah Papua tak lantas membuat mereka sama sekali tidak mampu berpikir. Tidak mahir baca dan tulis tak juga lantas membuat anak-anak usia sekolah dasr ini tidak mampu memahami gejolak sosial di lingungan mereka. Tak jarang mereka jadi "penengah" dalam konflik sosial yang kerap bermuara pada perang suku. "Kearifan" yang dimiliki anak-anak itu membuat orang dewasa "kalah dan malu" sehingga dengan berat hati "menuruti" desakan untuk berdamai dari anak-anak kecil tersebut.

Fragment tersebut terakam dengan baik dalam film Di Timur Matahari, sebuah film keluarga tentang perjuangan anak-anak usia Seklah Daser di sebuah daerah di pegunungan tengah Papua. Seperti di daerah lain di tanah air kita ini, wilayah pegunungan tengah Paoua memiliki masalah yang sama dengan banyak wilayah di pedalaman Papua; kesulitan tenaga pengajar bahkan untuk tingka sekolah dasar.

"Pedalaan" yang diupayakan anak-anak tersebut di atas mengusik kita sebagai masyarakat yang hidup di kota besar. Hidup serba "taken for granted", anggap segala sesuatu sebagai hal yang wajar dan sepatutnya tersedia, membuat kita terhenyak menyaksikan betapa timpangnya kehidupan di luar kita, namun ketimpangan itu justru menyimpan "kearifan" yang sudah kita abaikan, peran sosial.

Dengan tulus dan berani anak-anak dalam film ini digambarkan "ikut campur" dalam urusan pertengkaran antar dua kelompok orang dewasa. Kebutuhan dasar akan seorang guru gagal didapat tak melunturkan kepekaan sosial mereka, kebutuhan akan perdamaian untuk semua pihak. Mengagumkan !

Film ini menggabungkan bintang kelas satu Indonesia dengan pendatang baru yang asli tanah Papua. Tengok saja kiprah Simson Sikoway sebagai Mazmur dan Abetnego Yigibalom sebagai Thomas..mereka mampu mengimbangi acting dari Lukman Sardi, Laura Basuki dan Ringgo Agus Rahman, Ririn Ekawati. Selain dimanjakan oleh kombinasi pemandangan eksotis khas Pedalaman Papoua dan keluguan orang Pegunungan Tengah, penonton akan dibuat terhanyut oleh rangkaian dialog yang terasa wajar namun terkadang menghentak dari tokoh-tokoh di film ini.

Sebuah hiburan "ringan" nan informatif telah tersedia untuk mengisi liburan sekolah mulai 14 Juni 2012.

Anak Papua adalah anak Indonesia, kenali kehidupan mereka lebih dekat lagi melalui film Di Timur Matahari. Kalu bukan sekarang kapan lagi? Kalau bukan kitorang siapa lagi?

Selamat Menonton.

Alenia Pictures 2012.... Untuk Indonesia tercinta...We love Papua


Sinopsis
Di Timur Matahari

Pagi itu seperti pagi hari biasanya... Matahari terbit di timur menyinari pulau ini... Papua, pulau paling timur dari Indonesia, dimana cahaya matahari selalu meneranginya terlebih dahulu... Namun, tidak bagi Mazmur (diperankan oleh Simson Sikoway), Thoma (Abetnego Yigibalom) dan teman-temannya. Pagi itu mereka masih menunggu kedatangan cahay itu, cahaya yang akan menerangi mereka dari gelapnya kebodohan...

Tapi seperti hari-hari yang telah berlalu cahaya itu tak kunjung datang... GURU!

Mazmur setiap hari selalu menunggu kedatangan guru pengganti di sebuah lapangan terbant tua, satu-satunya penghubung kampung itu dari kehidupan diluar sana, kampung mereka berada di daerah pegunungan tengah Papua, daerah yang cukup sulit untuk dijangkau.

Pagi itu ia memandang penuh harap kelangit, semoga hari itu ada pesawat yang datang dan membawa guru pengganti karena sudah 6 bulan tak ada guru yang mengajar, setelah Mazmur melempar pandangannya kepada Bapak Yakob, Mazmur tahu guru tidak juga datang...

Diapun berlari kesekolah dan memberi kabar kepada teman-temannya, Thomas (Abetnego Yigibalom), Yokim (Raz Manoby), Agnes (Maria Resubun) dan Suryani (Friska Waromi) yang dengan setia selalu menunggu kabar itu..."Guru pengganti belum datang, kita menyanyi saja"... Kembali kalimat itu yang keluar dari mulut Mazmur... Karena guru tidak pernah datang akhirnya ke lima anak ini mencari pelajaran di alam dan lingkungan sekitar... Lewat bapak pendeta Samuel (Lukman Sardi), ibu dokter Fatimah (Ririn Ekawati), om Ucok (Ringgo Agus Rahman) dan om Jolex (Yullex Sawaki) mereka mendapatkan banyak pengetahuan.

Namun sebuah kejadian mengubah semua itu, Ayah Mazmur terbunuh oleh Joseph, ayah dari Agnes, dan pana dari Yokim dan Suryani... Pertikaian antar kampung tak bisa dihindari. kabar kematian Blasius ayah Mazmur sampai kepada Michael (MIchael Jakarimilena) adik dari Blasius yang sejak kecil diambil oleh mama Jawa untuk tinggal dan belajar di Jakarta, Michael terpukul mendengar itu, bersama Vina istrinya (Laura Basuki), dia memutuskan utnuk kembali ke Papua dan mencoba menyelesaikan permasalahan ini... Namun tidak segampang yang dipikirkannya, karena adik bungsunya Alex menentang semua pemikiran modern dari Michael. Parang! Itu jalan satu-satunya bagi Alex untuk membalas kematian Blasius. Orang dewasa bisa sajua bertikai, namun tidak bagi Mazmur, Thomas dan ketiga sahabatnya, walaupun kampung mereka bermusuhan, dan ayah Mazmur telah menjadi korban, tapi mereka tetap berkawan dan berusaha mendamaikan kedua kampung ini... Sanggupkan suara anak-anak ini mendamaikan konflik yang semakin memanas? Dan akankah guru yang dinanti datang?

Alenia Pictures 2012

Untuk Indonesia tercinta...We love Papua

Di Timur Matahari

Crew
Producer/Director - Ari Sihasale
Executive Producer - Nia Sihasale Zulkarnaen
Line Producer - Bengky Mulyono
Screenplay - Jeremias Nyangoen
Director Of Photography - Nur Hidayat
Art Director - Frans XR. Paat
Editor - Robby Barus
Sound Recordist - Dwi Budi Priyanto
Sound Designer - Khikmawan Santosa
Make Up - Notje Tatipata
Costum/Wardrobe - Lucia Eka Canting
Music Ilustrator - Aghi Narottama, Bemby Gusti, Dian HP
Still Photographer - Sony Seniawan
Behind The Scene - Muhammad Ichsan

Artis
Laura Basuki - Vina
Lukman Sardi - Pendeta Samuel
Ririn Ekawati - Dr. Fatimah
Ringgo Agus Rahman - Ucok
Michael jakarimilena - Michael
Lucky Martin - Nyong
Yullex Sawaki - Jollex
Putri Nere - Elsye
Paul Korwa - Alex

Memperkenalkan Artis Cilik Papua
Simson Sikoway - Mazmur
Abetnego Yigibalom - Thomas
Frisca Manobi - Yokim
Maria Resubun - Agnes


Label: , ,

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda