<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d677191516255362616\x26blogName\x3dInfoGaya+Film\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://infogaya-film.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3din\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://infogaya-film.blogspot.com/\x26vt\x3d-8688085130192876706', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Senin, 03 Januari 2011

"Khalifah" Menghadapi Diskriminasi, Cinta Dan Penghianatan













Epicentrum HR. Rasuna Said Jakarta, 3 Januari 2011 - Sebuah film karya sutradara Nurman Hakim, produksi bersama TriXimages dan Frame Ritz, segera beredar di bioskop-bioskop di seluruh Indonesia mulai 6 Januari 2011. Film ini mengangkat kisah hidup seorang perempuan muda, cantik dan polos, bernama Khalifah. Ia berasal dari keluarga kurang mampu yang tinggal di sebuah kota besar. Ayahnya seorang marbot (penjaga masjid atau musholla, termasuk bertugas mengumandangkan azan), sementara ibunya sudah meninggal.












Meski kondisi ekonomi keluarganya yang pas-pasan itu, semangatnya untuk membangun kehidupan yang lebih baik tidak pernah pudar. Ia bekerja di sebuah salon kecantikan. Karena kondisi ekonomi yang pas-pasan itu ia harus bersikap realistis. Ia harus membuang cita-citanya untuk kuliah, juga keinginan bersenang-senang seperti umumnya perempuan muda di kota besar.

Impiannya tidak muluk-muluk ia dapat menghidupi dirinya sendiri dan sekaligus meringankan beban ayahnya serta membantu biaya sekolah seorang akdik laki-lakinya yang baik dan cerdas. Karena sifatnya yang polos, dan didorong niat untuk membantu ayah dan adiknya, maka dengan senang hati ia menerima pinangan seorang laki-laki bernama Rasyid. Ia bertekad mengabdi sebaik-baiknya kepada suaminya itu. Ia yakin suaminya dapat membantu keluar dari kesulitan hidup yang pas-pasan.

Dan ternyata Rasyid adalah seorang suami yang taat beribadah, dan dapat memperlakukan istrinya dengan baik pula. Tapi Khalifah tidak banyak tahu kegiatan Rasyid di luar rumah. Yang ia tahu, suaminya itu berjualan produk-produk dari Timur Tengah. Dan ia memang tidak mau terlalu mencampuri urusan Rasyid. Ia berusaha mematuhi kata-kata suaminya. Termasuk ketika Rasyid memintanya mengenakan cadar.

Itu ia lakukan untuk menunjukkan kesetiaan seorang istri kepada suaminya. Sebelumnya, di tempatnya tinggal, Khalifah sebenarnya merasa kurang nyaman karena sikap beberapa kaum lelaki yang suka menggodanya dengan sikap yang kurang menghargai prempuan. Setelah mengenakan cadar, gangguan itu jadi lebih banyak lagi.

Cadar telah membuatnya jadi semacam orang asing dalam lingkungannya. Tapi ia berusaha menerima semua apa adanya. Ia jalani kehidupan sebagaimana biasa. Semua ia lakukan karena cinta yang polos dan pengabdian yang sedernaha. Sementara, di dekat rumahnya, ia mengenal laki-laki lain seorang tukang jahit yang sangat baik. Diam-diam ia mengagumi laki-laki itu. Tapi sebagai seorang istri yang setia, ia berusaha menepis perasaan kagum tersebut.

Kian lama ia menyadari bahwa kian banyak yang tidak ia ketahui tentang kegiatan Rasyid di luar rumah. Hubungannya dengan suaminya hanya berlangsung ketika Rasyid pulang setelah pergi berhari-hari atau berminggu-minggu. Banyak teka-teki di balik kehidupan suaminya itu. Dengan tuslus pula Khalifah menjalankan ajaran agama seperti yang diinginkan Rasyid yang diam-diam telah menjadi penganut Islam "garis keras".

Lalu sampai kapan Khalifah dapat dapat bertahan dengan kebahagiaan semacam itu? Sampai di mana kepatuhan, kesetiaan, pengabdian yang dilandasi oleh cinta yang polos itu dapat ia pertahankan?

Di satu sisi, film ini melihat masalah hubungan laki-laki dan perempuan dalam kehiduapan perkawinan yang didasari oleh cinta yang polos, dan di sisi lain sekaligus memperlihatkan sisi-sisi kehidupan orang yang menganut ajaran Islam "garis keras". Kisah dari orang biasa dari kalangan bawah yang berjuang untuk meraih kehidupan yang lebih baik. Yaitu orang-orang kecil yang harus berhadapan dengan kerasnya kehidupan sebuah kota besar beserta problem sosial-ekonomi yang semakin rumit.

Dan dalam kehidupan sosial yang sangat berat itu, di sana-sini muncul juga fenomena Islam "garis keras' yang menjadi bagian dari dunia Islam, termasuk di Indonesia. Suatu ajaran yang cenderung eksklusif dan mendapat banyak tantangan dari kelompok-kelompok lain di dalam masyarakat Indonesia yang plural ini.

Khalifah adalah orang yang hidup dalam silang-sengkarut kehidupan semacam itu. Ia adalah seorang perempuan muda yang polos dan harus berhadapan dengan kompleksitas kehidupan yang demikian sulit. Ini adalah potret kehidupan masyarakat bawah Indonesia. Dan masalah itu dilihat dari sudut pandang si perempuan. Perempuan yang mencoba menjalani kerumitan hidup itu dengan caranya sendiri.

Film yang dibintangi Marsha (sebagai Khalifah), Indra Herlambang (Rasyid), dan beberapa bintang pendukung seperti Ben Joshua, Jajang C Noer, Titi Sjuman dan Yoga Pratama, Director of Photography Agni Ariatama, penata musik oleh Djaduk Ferianto, editing oleh Mujibur Rahman dan Nurman Hakim ini menguak sisi-sisi kehidupan kaum perempuan biasa sekaligus kehidupan orang-orang penganut Islam "garis keras".

Suatu film tentang perempuan Islam, atau tentang Islam dari kaca mata perempuan biasa. Film tentang kehidupan masyarakat Islam biasa yang menjadi bagian dari fenomena radikalisme agama tersebut. Suatu fenomena yang kadang tampak menakutkan, dan tak jarang dikait-kaitkan dengan gerakan terorisme yang akhir-akhir ini kian marak di Indonesia maupun di dunia Islam pada umumnya.

Tapi film ini tidak melihat fenomena islam "garis keras" itu dari sisi gerakan ideologi agama melainkan melihat sisi-sisi manusianya. Sisi-sisi kehidupan manusia-manusia yang berada dalam lingkungan tersebut. Seluk-beluk kehidupan orang-orang sederhana yang tiba-tiba berada dalam satu situasi yang sangat pelik.

Film ini digarap oleh sutradara Nurman Hakim, yang sekaligus bertindak sebagai penulis skenarionya bersama Nan Achnas, Nurman Hakim adalah salah satu sutradara generasi baru Indonesia lulusan Institut Kesenian Jakarta (IKJ) dengan mayor penyutradaraan film. Sebelumnya ia telah membuat film tentang dunia pesantren, yakni film 3 Doa 3 Cinta (dibintangi Nicholas Saputra, Dian Sastrowardoyo, Butet Kertajasa dan Yoga Pratama).

Film tersebut berhasil mendapatkan sript development fund dari institusi film internasional seperti Global Film Initiative (Amerika), Goteborg Film Fund (Swedia) dan Fonds Sud (Perancis). Juga beberapa penghargaan lainnya, termasuk tujuh nominasi Festival Film Indonesia 2008, Grand International Jury Prize di Vesoul International Film Festival (Perancis) 2008 dan Best Film di Jakarta International Film Festival 2009. Film tersebut lolos seleksi dan diputar di festival-festival film international seperti di Dubai, Goteborg, Pusan, South by South International Film Festival di Norwegia dan Asia Pacific Screen Awards, Australia, dan lain-lain.

Film Khalifah ini diproduksi oleh TriXimages bersama Frame Ritz. TriXimages adalah sebuah Production House yang diprakasai oleh Nan Achnas dan Nurman Hakim yang telah memproduksi film panjang, dokumenter dan film pendek, antara lain film anak-anak berjudul Bendera yang masuk seleksi di ajang kompetisi Tokyo International Film Festival; The Photograph, co-produksi dengan Orange-Waterland, Salto Films dan Le Petite Lumiere, Perancis. Film tersebut telah berhasil memenangi The Prince Claus Film Fund, Goteborg Film Fund dan The Swiss Film Fund, dan diseleksi untuk international premiere di Pusan International Film Festival 2007 serta telah memenan gi berbagai festival film internasional termasuk Karlovy-Vary International Film Festival.

Sementara Frame Ritz telah menghasilkan berbagai sinetron serial, film televisi dan miniseri yang banyak dan disukai masyarakat Indonesia. Frame Ritz juga telah meluncurkan film layar lebar Rahasia Bintang dan kemudian film Kembang Perawan (2009). Film Khalifah diproduseri oleh Nan Achnas, Rieta Amilia, Nurman Hakim dan Sentot Sahid.

Kehadiran film Khalifah akan turut memperkaya khazanah perfilman Indonesia, khususnya film berlatar belakang kehidupan agama - dalam hal ini agama Islam - yang akhir-akhir ini banyak muncul. Meski sutradaranya seorang laki-laki, ini adalah film tentang perempuan. Yakni sudut pandang perempuan dalam masyarakat biasa yang beragama Islam dalam dimensi-dimensi yang lebih mendasar dan manusiawi.

Dengan begitu film ini diharapkan dapat memberikan pengayaan dan pencerahan cara pandang kita, tak hanya terhadap masalah kehidupan Islam, tapi lebih luas dari itu juga terhadap masalah kebangsaan negeri Indonesia tercinta ini.

Beranda

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda